Jumat, 20 September 2013

Puluhan Mahasiswa IMKA-ITM Turun Kejalanan Demi Membantu Korban Erupsi Gunung Sinabung

TANAH KARO, SUMUT,- Semakin meningkatnya jumlah pengungsi akibat erupsi Gunung Sinabung tidak membuat kawula muda Karo dari perguruan tinggi  Institut Teknologi Medan (ITM) Jalan Gedung Arca Medan untuk tinggal diam.

Puluhan mahasiswa/i yang tergabung dalam wadah organisasi, Ikatan Mahasiswa Karo Institut Teknologi Medan (IMKA-ITM) dibantu oleh Himpunan Mahasiswa Pemuda Simalungun Institut Teknologi Medan (HIMAPSI-ITM) dan komunitas Brown Jacket turun kejalanan sejak (16/9) hingga (18/9) untuk menggalang dana guna disalurkan secara langsung kepada pengungsi.

“Sebagai anak kami sangat prihatin menyaksikan kondisi orang tua dan saudara-saudara kita yang ditimpa bencana Sinabung. Spontanitas kami langsung turun kejalan, bantuan seadanya sudah kami salurkan di tiga lokasi pengungsian,” ujar Ketua IMKA-ITM, Zakarias Tarigan didampingi, Ketua HIMAPSI-ITM, Roy Sinaga bersama puluhan mahasiswa di Jambur Buah Desa Batu Karang Kecamatan Payung, Rabu (18/9) seusai membagikan berbagai macam sumbangan kebutuhan pengungsi.

Selain membagikan bantuan di tempat pengungsian Desa Tiganderket, para mawasiswa/i lebih dahulu membagi-bagikan bantuan seadanya dilokasi penampungan pengungsi Jambur Buah Desa Batu Karang Kecamatan Payung dan Losd Desa Tongkeh Kecamatan Dolat Rayat.

“Terimakasih kepada, HIMAPSI-ITM dan komunitas Brown Jacket yang turut peduli dan benar benar tulus membantu pergerakan kami turun kejalan,” ujar kordinator lapangan, Andrianto Sembiring dan, Imanuel Gurusinga, ST, Roin Sembiring, ST beserta Eliyas Marwan Sembiring, ST bersama puluhan mahasiswa/i ITM

SEMINAR BUDAYA IKATAN MAHASISWA KARO INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN

MEDAN – Ikatan Mahasiswa Karo Institut Teknologi Medan (IMKA-ITM) menggelar seminar kebudayaan bertemakan “Mari kita lestarikan budaya karo, kalau bukan kita siapa lagi“ yang dilaksanakan di Amaliun Convention Hall Medan, Jumat (11/1/2013).
Ketua Panitia Randa Sanjasta Tarigan mengatakan, pelaksanaan seminar bertujuan agar mahasiswa karo secara khusus dan masyarakat karo secara umum dapat mengetahui dan mengerti budaya karo, khususnya dalam ertutur (perkenalan).
Mahasiswa Fakultas Teknik Industri (FTI) jurusan teknik elektro ini berharap, dengan seminar ini agar mahasiswa karo yang ada di Sumatera Utara dapat mengenal budaya karo sesungguhnya dan tidak mengadakan perkawinan yang dilarang dalam adat karo. Karena di kota besar masih banyak yang tidak mengetahui ertutur, sehingga banyak yang mengadakan perkawinan melanggar adat yaitu mengadakan perkawinan dengan turang (saudara semarga).
“Diharapkan mahasiswa karo mengerti akan budaya dan tidak meninggalkan warisan leluhur dari budaya karo. Karena warisan tersebut tidak ternilai harganya dan tidak dapat diperhitungkan dengan uang ,” katanya.
Ketua IMKA-ITM Imanuel Gurusinga menjelaskan, IMKA-ITM terbentuk pada 19 Januari 2012. Sebelumnya tahun 2004 sudah ada terbentuk Permaka (Persadan Mahasiswa Karo) dan selama ini mengalami kekosongan (vacuum) sehingga berdasarkan musyawarah beberapa mahasiswa karo terbentuklah IMKA-ITM yang dilantik 19 Januari 2012.
Imanuel juga mengatakan, pelaksanaan seminar ini berdasarkan karena melihat pemuda karo belum mengerti akan ertutur. Khususnya pemuda karo yang tinggal di perkotaan. Sehingga dengan seminar ini nantinya pemuda karo tersebut mengerti akan ertutur dan tidak mengadakan perkawinan dengan turangnya.
Rektor ITM Prof Dr Ilmi Abdullah yang diwakili Ramayana br Tarigan mengucapkan terimakasih kepada nara sumber karena sudah bersedia memberikan ilmunya kepada IKA-ITM tentang budaya.
Ramayana mengaku bangga, karena IMKA-ITM sudah membuat terobosan baru yang dapat dipuji. “ Saya tetap membina agar mahasiswa karo ITM menjadi pemimpin di masa mendatang ,” katanya.
Ia juga menyampaikan, kehadiran IMKA-ITM sangat didukung ITM serta seluruh dosen ITM, karena kebaikan IMKA-ITM tersebut dalam konteks kebaikan. Diingatkan jangan nantinya kehadiran IMKA-ITM membuat kerenggangan dengan suku lain, tapi IMKA-ITM hadir untuk bisa berbuat bersama-sama dengan yang lain untuk menjunjung dan menjaga nama baik ITM.
Hal senada disampaikan Kepala Dinas Pariwisata Medan yang diwakili Kepala Bidang Kebudayaan Ramlan SE MAP. mengatakan, Kota Medan adalah kota yang terdiri dari multi etnis. Kota Medan pertama kali ditemukan oleh suku karo yaitu Guru Patimpus Sembiring. Dengan demikian membuktikan suku karo sudah lama turut membangun Kota Medan.
Dikatakan, suku karo tersebar di seluruh Kota Medan dan yang paling mendominasi di wilayah Padang Bulan, Simpang Selayang dan Tuntungan yang dapat berbaur dengan berbagai suku bangsa dan mata pencahariannya mendominasi berdagang.